Rabu, 15 Desember 2010

Lintas Budaya dan Karakteristik Pengusaha

Persamaan dan Perbedaan Lintas Budaya dalam Karakteristik Yang Dihubungkan dengan Para Pengusaha
Studi Tiga-Negara
Vishal Gupta
Universitas Negeri New York-Binghamton
Cheryl Fernandez
Universitas Nebraska di Omaha
disunting oleh : IDKR Ardiana

Studi ini menyelidiki karakteristik (sifat khas) yang dihubungkan dengan para pengusaha di tiga negara dan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan karakteristik pengusaha di semua negara. Mahasiswa bisnis (N =

424) dari India, Turki, dan Amerika Serikat menilai 92 deskriptor sifat dan perilaku manusia. Untuk setiap
sifat, para responden menilai seberapa khas seorang pengusaha itu. Kita temukan bahwa meskipun beberapa karakteristik dihubungkan dengan para pengusaha di semua budaya nasional, juga ada perbedaan penting dalam karakteristik yang dihubungkan dengan para pengusaha di ketiga budaya. Mengikuti dari literatur sebelumnya, kita tidak menganggap perspektif Amerika Utara tentang pengusaha sebagai universal, yang memungkinkan kita memahami lebih baik bagaimana orang dalam budaya yang berbeda-beda memandang pengusaha. Identifikasi konsep kepengusahaan khusus-negara bisa berguna bagi para peneliti yang berminat dalam mempelajari kepengusahaan secara internasional dan para praktisi yang berminat dalam mendorong dan melatih para pengusaha di negara yang berbeda-beda. Pengertian temuan kita dan arah untuk penelitian yang akan datang dibahas.
Kata kunci: profil pengusaha; karakteristik dan sifat; internasional; India, Turki, Amerika Serikat

Para pengusaha telah lama diakui sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan regional (Chiles, Bluedorn, & Gupta, 2007; Schumpeter, 1934). Di lingkungan bisnis kini yang semakin bergolak dan kompetitif, para pengusaha – orang yang menciptakan usaha baru – perlu dan penting memulai dan memimpin perusahaan yang dapat bersaing dengan berhasil dengan para pesaing nasional dan internasional (Irlandia, Hitt, & Simon, 2003; Kuratko, 2007). Para pemimpin pengusaha, seperti Sam Walton, Michael Dell, dan Steve Jobs, terus dihargai dan dipuja-puja atas peranan kepemimpinan mereka dalam menciptakan bisnis yang telah menciptakan pekerjaan baru dan memudahkan pembangunan ekonomi nasional. Tak terhitung banyaknya pengusaha lain di seluruh dunia yang telah menciptakan bisnis baru (Venkataraman, 1997). Kepemimpinan khusus yang ditunjukkan oleh para pengusaha dan peranan penting yang mereka mainkan dalam pembangunan ekonomi di seluruh dunia telah menyebabkan para sarjana bertanya apakah karakteristik dan sifat yang dihubungkan dengan kepengusahaan serupa atau berbeda di semua negara (Mitchell dkk., 2004; Mueller & Thomas, 2001; Thomas & Mueller, 2000). Studi ini menyelidiki persamaan dan perbedaan lintas budaya dalam karakteristik yang dirasakan berhubungan dengan pengusaha di tiga negara yang berbeda, yaitu, India, Turki, dan Amerika Serikat.
    Para penelitian kepengusahaan umumnya telah menganggap bahwa karakteristik yang berhubungan dengan pengusaha di Amerika Serikat, seperti menanggung risiko (Knight, 1921), kebutuhan tinggi akan pencapaian (McClelland, 1987), pengambilan inisiatif (Shapero & Sokol, 1982), dan daya inovatif (Schumpeter, 1934), secara universal dianggap berasal dari para pengusaha (Hayton, George, & Zahra, 2002; Thomas & Mueller, 2000). Namun penelitian dalam psikologi budaya meragukan asumsi ini. Menurut para psikolog budaya, orang menafsirkan diri sendiri dan orang lain menggunakan konsep khusus-konteks dan struktur simbolis lain yang ada untuk mereka (Kashima, 2005). Komunitas, masyarakat, dan konteks budaya di mana orang berpartisipasi memberikan kerangka interpretif – teori, kesan, dan konsep – dengan mana orang dapat dimengerti, mengorganisir persepsi, dan mengambil tindakan (Markus & Kitayama, 1998) Jika budaya mempengaruhi teori implisit dan konsep prototip yang berhubungan dengan obyek atau orang manapun, adalah mungkin bahwa orang di negara-negara yang berbeda secara budaya akan menghubungkan karakteristik atau sifat yang berbeda dengan pengusaha.
    Dalam studi ini kita selidiki teori implisit tentang pengusaha yang diadakan oleh orang di berbagai negara. Kelangkaan penelitian relatif tentang karakteristik dianggap berasal dari pengusaha di negara-negara yang berbeda mengangkat pertanyaan tentang seperti apa persepsi tentang kepengusahaan di negara-negara lain. Khususnya, kita selidiki pertanyaan penelitian berikut : Apakah karakteristik yang dihubungkan dengan pengusaha sama atau berbeda pada semua budaya? Kita tidak menganggap bahwa pola dasar pengusaha Amerika Utara adalah universal (suatu pendekatan yang didukung dalam penelitian kepengusahaan yang ada; Hayton dkk., 2002). Namun kita selidiki karakteristik yang dihubungkan orang dengan pengusaha dalam budaya yang berbeda-beda. Kita melakukan demikian menggunakan data yang dikumpulkan dri orang-orang di tiga negara yang berbeda budayanya : India, Turki, dan Amerika Serikat.1 Tujuan studi kita adalah penyelidikan. Kita berharap mengalamatkan suatu kekosongan penelitian mengenai apa yang diketahui tentang persamaan dan perbedaan lintas budaya dalam karakteristik yang dihubungkan dengan pengusaha. Kita percaya studi ini membantu lebih lanjut pemahaman ilmiah tentang aspek kepengusahaan yang dimiliki bersama secara universal oleh orang-orang versus aspek yang khusus untuk suatu budaya nasional. Temuan-temuan kita juga dapat menguntungkan perkembangan pelatihan, melatih, dan berkonsultasi kepengusahaan lintas budaya dengan mengambil perhatian kepada persamaan dan perbedaan lintas budaya yang penting dalam karakteristik yang dirasakan sebagai berhubungan dengan pengusaha.

Penelitian Kepengusahaan Internasional
    Banyak sekali minat akademik kini dipusatkan pada kepengusahaan internasional (Acs, Dana, & Jones, 2003), didefinisikan sebagai studi “penemuan, pembuatan, evaluasi, dan eksploitasi kesempatan di semua batas nasional, untuk menciptakan barang dan jasa masa depan” (McDougall & Oviatt, 2003; Oviatt & McDougall, 2005, h. 7). Penelitian kepengusahaan internasional pertama terutama berfokus pada memahami aktivitas internasionalalisasi usaha baru (McDougall, 1989) dan kemudian “aktivitas baru dan inovatif yang memiliki tujuan penciptaan nilai dan pertumbuhan organisasi bisnis di semua batas nasional” (McDougall & Oviatt, 1997, h. 293). Bidang minat utama dalam kepengusahaan internasional sekarang termasuk kepengusahaan korporat, inisiatif pembangunan ekonomi, karakteristik dan sifat pengusaha, orientasi pengusaha, mengekspor, usaha franchise, usaha baru, peralihan perekonomian, dan pembiayaan usaha (McDougall & Oviatt, 2000). Meskipun ada kekurangan paradigma penyatu untuk mengorganisir penelitian yang berlainan dalam bidang ini (Dimitratos & Jones, 2005), kepengusahaan internasional secara berangsur-angsur mendapatkan penerimaan sebagai bidang studi yang berbeda.
    Secara historis, para peneliti kepengusahaan internasional tidak menunjukkan banyak minat dalam mempelajari pengusaha, para individu yang melakukan kepengusahaan dan menunjukkan kepemimpinan pengusaha (Baron, 2002; Kuratko, 2007). Kilby (2003) membuktikan bahwa kelalaian individu dari penelitian kepengusahaan internasional pertama berakar dalam kepercayaan yang salah bahwa pasokan pengusaha adalah melimpah dan serupa pada semua masyarakat dan bahwa perbedaan aktivitas pengusaha di semua negara adalah hasil dari masalah struktural seperti insentif ekonomi yang menyimpang, lingkungan pengaturan yang kurang baik, terbatasnya input yang melengkapi, dan informasi yang tidak lengkap. Definisi kepengusahaan internasional mencerminkan akar bidang dalam bisnis internasional dan literatur manajemen strategis dan berfokus pada perusahaan dan lingkungan mereka (Oviatt & McDougall, 2005). Dalam suatu tinjauan literatur luas tentang penelitian kepengusahaan internasional, Cox (1997) menemukan bahwa kebanyakan studi berfokus pada menginternasionalkan usaha muda dan bahwa studi yang menyelidiki pengusaha adalah kurang.
    Situasi ini telah berubah banyak sekali saat bidang kepengusahaan internasional telah matang. Para peneliti kepengusahaan internasional sekarang berminat dalam mempelajari pengusaha, perusahaan, pasar, dan lingkungan nasional (Dimitros & Jones, 2005). Para sarjana lain telah mengembangkan domain bidang ini untuk memusatkan perhatian pada suatu nexus antara kesempatan dan individu yang menemukannya (Dimitratos & Jones, 2005; Zahra, Korri, & Yu, 2005). Lingkup penelitian kepengusahaan yang dikembangkan ini sesuai dengan karya terbaru dalam bidang kepengusahaan (misalnya, Chiles dkk., 2007) yang membuktikan bahwa agar bidang ini mendapatkan legitimasi dan kemuliaan akademik, penting memajukan pemahaman kita tentang para individu yang melakukan kepengusahaan dan menunjukkan kepemimpinan pengusaha (Baron, 2002).
    Meskipun beberapa penelitian kepengusahaan pertama menganggap sia-sia mempelajari para individu (Gartner, 1988), kebanyakan sarjana sekarang menempatkan para individu di tengah kepengusahaan dan patokan ekonomi (Baron, 2002; Mitchell dkk., 2004). Definisi terbaru tentang kepengusahaan internasional menggemakan pengamatan Sarasvathy dan Venkatraman (2001) yang berusaha mempelajari fenomena pengusaha tanpa memperhatikan pengusaha adalah seperti berusaha memahami Romeo and Juliet tanpa Romeo : Bagaimanapun juga para individu menciptakan atau mengakui kesempatan dan mengerahkan sumberdaya untuk memanfaatkannya dan yang lebih kurang efektif dalam melakukan demikian. Dalam suatu perkembangan penting, Hayton dkk. (2002) meninjau literatur yang ada tentang hubungan antara budaya nasional dan kepengusahaan dan menyoroti penelitian internasional tentang karakteristik dan sifat pengusaha sebagai bidang utama untuk penelitian bidang ini.

Penelitian Internasional tentang Karakteristik Pengusaha
    Penelitian internasional tentang karakteristik dan sifat pengusaha dimulai dengan publikasi karya Hisirch (198) tentang para pengusaha di Irlandia Utara. Sejak itu, beberapa studi telah menyelidiki hubungan antara budaya nasional dengan karakteristik dan sifat pengusaha. Studi-studi ini diringkas dalam Tabel 1.2 Studi-studi ini telah berfokus pada bermacam-macam karakteristik, prilaku, dan nilai-nilai di sejumlah negara (Hayton dkk., 2002). Temuan umum dalam studi-studi ini adalah bahwa makin besar perbedaan budaya antara suatu negara dan Amerika Serikat, makin rendah tingkat karakteristik kepengusahaan Amerika khusus dalam populasi negara itu (Thomas & Mueller, 2000).
Jika memerlukan selengkapnya please contact e-mail ; idkr08@yahoo.com atau ikdr.ardiana@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar