Minggu, 21 Juli 2013

Renungan



“DHARMA” SEBAGAI SPIRIT KESADARAN BERAGAMA YANG UTUH
 (I DEWA KETUT RAKA ARDIANA)
Sekretaris Paruman Walaka PHDI Kota Surabaya
(Sabtu, Hari Raya kuningan, 6 April 2013)



OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDAHAM
OM SUASTYASTU ……………………….
Bpk/Ibu para pinandita Lanang Istri sane titiang mulyakan
Yang sangat tiang hormati
Bapak/Ibu para manggala Pura Segara Kenjeran
Bapak-bapak pengurus Parisada Hindu Dharma Kota Surabaya
Dan Ibu-ibu WHDI Kota Surabaya
Bapak/Ibu Pengurus Banjar, Yayasan dan segenap Warga Banjar Surabaya
Serta Bapak/Ibu umat sedharma, adik-adik para Generasi muda dan anak-anak yang hadir pada malam hari ini yang tiang banggakan.

Bpk/Ibu umat sedharma………..
Terlebih dahulu marilah kita bersama-sama tidak henti-hentinya menyatukan hati dan pikiran, bersujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wase dan Ida Betara Betari sane melinggih ring Pura Segara Kenjeran yang sangat kita sucikan, Semoga atas asung kerthawaranugraha-Nya, kita selalu dalam keadaan rahajeng, damai, sejahtera, dan selalu dalam lindunganNya.
Pada kesempatan yang baik dan suci ini, saya menyampaikan terima kasih kepada PHDI kota Surabaya dan Banjar Sektor Kenjeran sebagai pengemong Pura ini, yang telah memberikan kesempatan kepada saya, untuk mengisi dhama wacana pada acara persembahyangan malam hari ini. Karena kita masih dalam suasana hari raya Nyepi, Galungan dan Kuningan, maka dalam kesempatan ini saya atas nama pribadi dan segenap pengurus PHDI kota Surabaya mengucapkan “Selamat merayakan hari raya Nyepi tahun baru Saka 1935, hari raya Galungan dan Kuningan”, semoga di tahun baru ini kita bisa mentransformasi diri menuju kehidupan yang lebih baik, yaitu satyam, siwam dan sundaran (kesucian, keharmonisan/kedamaian dan kesejahteraan), serta mampu menetralisasi dan mengendalikan sifat-sifat bhuta baik yang ada dalam diri maupun di luar diri kita, sehingga kita selalu dapat memenangkan dharma atas adharma. dan mari kita jadikan “Dharma” sebagai sepirit kesadaran beragama yang utuh.
;“dharma raksitah dharma raksatah” (orang yang senantiasa berbuat baik, menjalankan “dharma” ia akan dilindungi oleh “dharma”).
Om Gurur Brahma, Gurur Wisnu, Gurur Dewa Maheswara, Gurur Sat-sat Param Brahma Tas Mahe Sri Guruwe Ya Namah(Semoga Brahman dalam menifestasinya sebagai Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Maha Dewa, memberikan berkah dan abugrahnya pada kita semua)
Bpk/Ibu umat sedharma………..
Acara persembahyangan malam hari ini dilaksanakan bertepatan dengan hari raya Kuningan, dimana merupakan hari raya piodalan jagat, yang masih dalam satu rangkaian perayaan hari raya Galungan, demikian juga kebetulan saat ini, kita masih dalam suasana perayaan hari raya Nyepi. Tiga hari raya piodalan jagat ini secara beruntun kita rayakan dengan hati yang tulus dan ikhlas, hening, suci dan nirmala (bebas dari segala noda). Sehingga dengan demikian kita harapkan ketiga piodalan jagat ini dapat memancarkan fibrasi dan aura positif bagi kita semua, dan mampu mengharmonisasi kehidupan baik bhuana agung maupun bhuana alit (Alam semesta dan isinya).
Bpk/Ibu umat sedharma………..Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar makna dari ketiga hari raya tersebut, sudah banyak pendharma wacana yang telah memberikan filosofi, Intisari dan makna mendalam yang terkandung dalam perayaan hari raya itu. Namun yang terpenting adalah; apakah kita sudah mampu menjalankan dan mengaktualisasikan ketiga hari raya itu dalam kehidupan kita sehari-hari sesuai dengan ajaran agama, atau apakah kita hanya dengan rajin datang ke Pura (tempat pemujaan Hyang Widhi), kita sudah merasa telah menjalankan ajaran agama secara utuh, atau apakah kita sudah menyadari bahwa Dharma (kebenaran dijalan Tuhan) dapat dijadikan sepirit dan pembangkit kesadaran beragama yang utuh. Jawabannya hanya bpk/ibu umat sedharma yang mengetahui. Karena kita sendiri sangat sulit mengukur sampai  sejauhmana kualitas moral dan kecerdasan spiritual (SQ) yang kita miliki, dan diaktualisasikan dalam kehidupan beragama kita sehari-hari.
Ada fakta dan fenomena yang bisa kita amati, bahwa kalau ada orang yang tidak memiliki rasa kemanusiaan, iri dengki dan egois karena agama yang dianutnya, tentunya patut kita pertanyakan bagaimana cara orang tersebut memahami nilai-nilai agama yang dianutnya. Maraknya korupsi, penyalahgunaan wewenng, premanisme, kerusuhan, narkoba serta perilaku menyimpang lainnya, yang terjadi akhir-akhir ini, mungkin karena ajaran dan kegiatan beragama belum berhasil menanamkan pesan-pesan ajaran agama yang dianutnya, dengan cara yang halus, santun dan berkesan.
Bpk/Ibu umat sedharma……….. Dalam kehidupan beragama seyogianya mampu didayagunakan untuk meningkatkan kualitas moral dan meningkatkan daya tahan mental dalam mengarungi hidup ini. Karena kualitas moral yang makin meningkat akan dapat mengantarkan manusia makin memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Ajaran agama sesungguhnya sudah memberikan kedudukan yang mulia kepada manusia bila dibandingkan dengan mahluk hidup yang lain. Untuk itu marilah kita bangkitkan kesadaran hidup beragama yang utuh, dan jadikanlah Dharma sebagai sprit, dalam membangun masyarakat yang lebih humanis.
Bpk/Ibu umat sedharma……….. Agar agama menjadi media menuju jalan Dharma yaitu jalan menuju Tuhan, maka pesan-pesan ajaran agama harus dapat mengisi ruang-ruang kosong dalam jiwa kita. Karena jiwa yang diisi oleh pesan-pesan agama itu hendaknya disemaikan dan dipelihara dalam kegiatan beragama dengan cara yang penuh kesan dan mendalam. Semakin berhasil kita menanamkan pesan dan kesan yang mendalam, maka makin kuatlah pesan-pesan  ajaran agama itu mengisi ruang-ruang jiwa yang kosong. Dan kalau ruang-ruang jiwa itu sarat dengan pesan-pesan ajaran agama, maka pesan ajaran agama akan menjadi pengendali perilaku dalam diri manusia. Demikian juga bila makin kuat kesan dan pesan ajaran agama mengisi jiwa seseorang , maka makin dalam motivasi dan spirit seseorang untuk berperilaku yang luhur.
Bpk/Ibu umat sedharma……….. Pada kesempatan yang baik dan suci ini saat dimana piodalan jagat hari raya kuningan, yang dimaknai sebagai hari kembalinya Sang Pitara/Leluhur bersama para Dewa ke Kahyangan, setelah selama sepuluh hari sejak hari raya Galungan beliau berada di Bumi. Dan malam ini kita menghaturkan bhakti untuk memohon kedirgayusaan, kesentosaan dan perlindungan serta tuntunan hidup lahir bathin. Dan di dalam keheningan ini, mari kita isi ruang-ruang jiwa yang kosong dengan pesan-pesan ajaran agama, yang akan saya kutip dan bacakan dengan penuh kesucian.










tad-buddhayas tad-atmanas                           tan-nisthas tat-parayanah,                              gacchanty apunar-avrttim jnana-nirdhuta-kalmasah (BG V-17)
 



Mereka yang memikirkan-Nya, menyerahkan seluruh jiwa kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan utama, memuja hanya pada-Nya, akan pergi tidak kembali, dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan itu.
 




Pada masa awal keinginan suci muncul, inilah benih pertama dari pikiran sang Pencipta, Mereka yang dapat melihat jauh, dengan cara menyatukan pikiran dan hatinya, Menemukan hubungan antara ada di dalam ketidakadaan, Ketidakadaan hadir di dalam kenyataan.
 

Kamastadagre samawartatadhi  manaso retah prathamam yadasit, sato bandhumasayi nirawidan,  hrdi pratisya kavayo manias (R.W: 10.129.4
 

 








Dwaning keto cening melah ngerungu, Dabdabang bekele,                                       Ane utama kardinin,                                      Kotaman bekele mulih,                                   Ngawe kasukan satuwuk,                        De mangulah sekalane,                          Sekala niskala ruruh,                                  Dasarin baan kanirmalan,                       Kadi ling ning yang agama.                        

     
 
Di samping sloka tadi, ada pesan-pesan ajaran agama yang disampaikan dengan cara yang lebih berkesan, yaitu salah satu tembang Adri Karmapala, yang lantunannya seperti ini,






Bpk/Ibu umat sedarma, silahkan pesan-pesan agama tadi direnungkan, dimaknai dan dimasukkan dalam ruang-ruang jiwa yang kosong untuk dijadikan spirit hidup beragama yang uth.
Dan Sebelum saya akhiri dharma wacana ini, marilah kita tidak henti-hentinya melibatkan diri dan berpartisipasi dalam setiap penyelenggaraan kegiatan agama, karena hanya melalui kegiatan itulah kita dapatkan pesan-pesan ajaran agama yang bisa mengisi ruang-ruang jiwa yang kosong. Banyak kegiatan-kegiatan agama yang telah dilakukan, baik secara rutin maupun insidentil, seperti pada hari minggu besok tanggal 7 April 2013, jam 08 di Gedung Jatim Expo, Jl Ayani Surabaya, Panitia hari raya Nyepi, menyelenggarakan Dharma Shanti Bersama TNI, Polri, PNS dan seluruh umat Hindu di Jawa Timur.  Dengan menetapkan tema yang mengandung makna mendalam dan sarat akan pesan-pesan ajaran agama yaitu; “Melalui Nyepi dan Dharma Shanti kita tingkatkan Sraddha-Bhakti dan cinta Kasih untuk membangun Budaya Luhur dan Kehidupan yang Rukun, Damai, Harmonis, Adil dan Sejahtera”  Mari kita semarakkan acara itu dan berperan aktif dalam mendukung seluruh kegiatan tersebut, karena saya yakin panitia telah mendisain pesan-pesan ajaran agama yang akan disampaikan untuk mengisi ruang-ruang jiwa kita yang kosong, dengan lebih berkesan, karena disampaikan dengan berbagai cara  yaitu; ritual-ritual agama, dharma wacana, dharma gita, dan juga  lewat tampilan seni tari dan drama Sumpah Palapa, yang mana sarat dengan nilai-nilai budaya dari ajaran agama Hindu. Sekali lagi saya mengajak mari kita hadiri acara tersebut dengan penuh keyakinan bahwa kita telah menjadikan “Dharma sebagai spirit kesadaran hidup beragama yang utuh”
Demikian pesan yang dapat saya sampaikan, kirang langkung nunas geng sinampura
Om sidhiriastu tat astu swaha, Om shanty, shanty, shanty….Om.
Suksma…….
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar